Peranan Media Massa dalam Politik
Dunia politik juga ditandai
dengan keterlibatan media dalam hiruk-pikuk berpolitik. Media dalam hal ini
diartikan secara luas, yaitu segala sarana yang terkait dengan penyampaian
pesan, baik yang bersifat riil maupun simbolik, dari institusi politik kepada
masyarakat yang lebih luas. Media dalam hal ini dapat berupa TV radio, majalah,
dan koran. Digunakannya media massa sebagai instrumen untuk mengkomunikasikan
ide, pesan, dan program kerja politik adalah karena kenyataan bahwa media dapat
dipakai untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas dengan biaya orang yang
relatif sangat murah.
Keefektifan media massa
dalam menyampaikan pesan politik telah menjadikannya sebagai ajang baru
pertempuran politik. Dengan dicanangkannya deklarasi bahwa abad ini adalah Abad
Informasi membuat siapa pun yang memiliki akses kepada media massa memiliki
kemampuan untuk mengai'ahkan dan membentuk opini publik sesuai dengan yang
diharapkannya. Perang media merupakan suatu keniscayaan den-an adanya kemajuan
teknologi. Konsekuensi logisnya, dunia politik tidak dapat dipisahkan dari
media massa. Persaingan pun muncul untuk mencari aliansi. dengan suatu media
massa guna menjamin lancarnya pesan politik yang ingin disampaikan.
- Media dan opini publik
Dengan kemampuannya untuk
menjangkau massa dalam jumlah yang cukup besar, informasi dari media massa akan
dapat menembus populasi yang besar pula. Sementara ini penelitian dalam komunikasi,
psikologi, dan sosiologi menyatakan bahwa, cara pandang manusia akan sangat
ditentukan oleh jenis dan volume informasi yang mereka terima adalah bahwa
kita dapat informasi yang mereka terima. Implisit dari penelitian-penelitian
ini adalah bahwa kita dapat membentuk opini publik melalui informasi yang kita
berikan. Ketika kekuatan politik ingin mendiskreditkan image politik lawan,
yang perlu dilakukan sudah cukup dengan membanjiri informasi di media massa
dengan hal-hal buruk yang dilakukan lawan politik. Begitu juga sebaliknya,
ketika ingin membentuk image positif dari publik, cukup dengan membanjiri media
massa dengan hal-hal positif dari suatu partai atau kandidat.
Sebuah kasus perbuatan mesum
seorang anggota DPR beberapa waktu yang lalu tidak akan menjadi berita yang
begitu ramai dibicarakan kalau kita tidak hidup di era kebebasan pers dan
media. Sulit sekali untuk menyembunyikan kebobrokan perilaku dewasa ini.
Informasi dan berita tidak mengenakkan akan dapat dengan mudah tersebar melalui
SMS, internet, dan bentuk-bentuk pemberitaan lainnya. Di mana pemberitaan
media massa ini sangatlah efektif dalam membentuk opini publik akan suatu hal.
Sehingga media massa memainkan peran yang sangat penting dalam berpolitik
dewasa ini. Peningkatan posisi tawar-menawar akan sangat tergantung kepada
seberapa besar kita dapat memengaruhi opini publik untuk dapat berpihak kepada
kita.
Memang, pada kenyataannya,
hubungan itu tidak akan sesederhana dan selinier ini. Terdapat banyak sekali
gangguan (noise) yang dapat menjauhkan dari tujuan semula. Beberapa gangguan
dapat disebabkan oleh usaha yang dilakukan partai/calon untuk mengklarifikasi
informasi, menyatakan image positifnya, dan menolak tuduhan yang diberikan
lawan politik. Selain itu juga terdapat bias persepsi dari setiap individu.
Informasi yang diberikan tidak selalu diartikan sama seperti yang dimaksudkan
oleh si pengirim informasi. Gangguan juga dapat berasal dari media itu sendiri,
di mana informasi yang diberikan oleh `sender' bisa diartikan berbeda oleh
jurnalis yang meliput.
- Media dan kekuasaan politik
Kemampuan untuk membentuk
opini publik ini membuat media massa memiliki kekuasaan politik. Paling tidak,
media memiliki kekuasaan untuk membawa pesan politik dan membentuk opini
publik. Kemampuan ini dapat dijadikan sumber bagi media massa untuk proses
tawar-menawar dengan institusi politik. Kesulitan untuk bernegosiasi dengan
media massa seringkali terjadi karena ideologi politik tertentu memiliki media
sendiri, Tidak jarang juga media massa mengambil sikap independen clan
menjadi'kekuatan politik penyeimbang dari kekuatan politik. Dalam hal ini,
media massa menjadi kekuatan kritis clan alternatif.
Karena itu, tidak
mengherankan kalau kemunculan media massa di Indonesia juga tidak dapat
dijelaskan oleh rasianalitas ekonomis saja. Hal ini juga terkait erat den-an
keinginan untuk berkuasa. Ide, gagasan, dan isu politik akan dapat den-an
muclah ditransfer dan dikomunikasikan melalui media massa. Hal ini membuat
kekuasaan politik tidak hanya ada di tangan partai politik, tetapi juga siapa
pun yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi kebijakan publik.
Kenyataan tentang pentingnya
media massa bagi partai politik rupanya telah lama disadari. Bahkan koran Kompas
yang saat ini bersikap independen, kelahirannya tidak bisa dilepaskan dari
eksistensi Partai Katolik. Harian paling besar di Indonesia dan saat ini
bisnisnya telah meraksasa sehingga memasuki banyak bidang ini digagas oleh para
tokoh Partai Katolik. Pada saat ini niscaya Kompas memiliki posisi runding yang
kuat dalam bidang politik Tentu saja tidak berarti bahwa para pemimpinnya lalu
menjadi tokoh politik yang kuat, tapi suaranya niscaya didengarkan atau
`dibungkam'-seperti pada masa Orde Baru-oleh para penguasa, politik. Sebagai
koran, Kompas telah `melahirkan' banyak tokoh berbagai bidang, termasuk
politik.
Demikian pula yang terjadi
dengan koran Republika. Koran ini didirikan oleh ICMI (Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia). Terlepas keterkaitan antara ICMI dengan Golkar pada masa
didirikannya Republika, koran ini mengangkut suatu ideologi tertentu,
setidak-tidaknya ideologi dari suatu kelompok Muslim. Sinar Harapan pada
awalnya dikenal sebagai korannya orang Kristen. Ketika dibredel pada masa Orde
Baru, koran ini berganti nama menjadi Suara Pembaruan. Setelah era reformasi,
salah satu kelompok di koran ini membentuk kembali Sinar Harapan, sehingga
sekarang ini ada dua koran yang sebetulnya satu itu. Salah satu koran besar di
Indonesia, Media Indonesia-yang satu kelompok perusahaan dengan Metro TV-bisa
dikatakan koran yang independen. Tetapi, pemilik koran ini, Surya Paloh adalah
salah satu mantan petinggi Golkar yang sekarang mendirikan Partai Nasional
Demokrat. Tidaklah mudah untuk menjaga independensi antara pemilik stasiun TV
dengan menjabat sebagai salah satu ketua partai politik. Hal ini ditunjukkan
bagaimana Metro TV yang secara penuh menyiarkan jalannya pertemuan antara PDI-P
dan Golkar yang terjadi di Medan dan Palembang.
- Media dan bias Persepsi
Informasi yang disampaikan
dalam media tidak selamanya objektif atau apa adanya. Seringkali terdapat bias
informasi. Beberapa sumber bias informasi dapat terjadi baik dari sisi media
maupun Masyarakat. Media adalah salah satu sumber bias informasi. Media sebagai
identitas terdiri dari beberapa unit seperti jurnalis editor. Jurnalis
seringkali menginterpretasikan secara berbeda informasi yang diterima dari
sumber informasi. Interpretasi jurnalis mpunyai peran yang lebih besar
ketimbang informasi dari sumber yang ditulis dan dipublikasikannya. Hal ini
membuat pemberitaan bisa melenceng (umpamanya dipolitisasi, diplesetkan) apa
yang sesungguhnya terjadi atau dikatakan. Informasi yang diterima dari sumber
begitu beragam, dan kalau sumbernya lebih dari satu, bisa jadi informasi yang
muncul menjadi beragam dan terkadang kontradiktif satu dengan yang lain.
Pemilihan informasi mana yang akan dipublikasikan akan sangat tergantung pada nilai,
paham, ideologi, dan sistem moral yang dianut oleh media dan editor.
Bias persepsi juga dapat
terjadi dari sisi masyarakat. Dalam diri setiap individu terdapat kerangka
acuan (frame of reference) yang akan
menentukan cara mereka dalam berpikir dan bersikap terhadap suatu hal. Biasanya
hal ini dapat bersumber dari latar belakang pendidikan, ekonomi, pekerjaan,
suku, dan keluarga yang ikut membentuk cara berpikir mereka. Karenanya informasi
yang sama dapat diartikan berbeda oleh setiap individu Akibat berikutnya,
informasi yang diberitakan oleh media massa akan diterjemahkan dan disikapi
dengan cara beragam pula. Hal ini juga dapat semakin menjauhkan jarak informasi
yang sebenarnya dengan interpretasi yang dibangun dalam masyarakat.
- Media dan Komunikasi Politik
Arti penting media massa
dalam menyampaikan pesan politik kepada masyarakat menempatkannya sebagai
sesuatu yang penting dalam interaksi politik. Partai politik membutuhkan media
yang memfasilitasi komunikasi politik. Dengan kemampuannya dalam menyebarkan
informasi secara luas membuat pesan politik disalurkan melalui media massa.
Apalagi utama, dari komunikasi pesan, program kerja partai, pencitraan adalah
pembentukan opini publik. Semakin besar massa yang dapat disentuh oleh media
massa, semakin strategis arti media massa tersebut.
Partai politik jelas sangat
membutuhkan media massa. Melalui merekalah pesan politik akan disalurkan.
Secara implisit hal ini menganjurkan bahwa politik sebaiknya membangun hubungan
jangka panjang dengan media massa. Antara keduanya terdapat hubungan yang
saling membutuhkan. Media massa membutuhkan sumber informasi-dan barangkali
juga sumber dana--sementara partai politik membutuhkan media yang dapat
membantu mereka dalam menyampaikan pesan politiknya. Bermusuhan dengan media
massa adalah hal yang paling tragis, karena partai politik akan kehilangan
mitra strategis yang dapat membantu mereka dalam komunikasi politik.
- Media sebagai medan pertempuran
Arti penting media massa
dalam komunikasi politik membuat medan pertempuran dan persaingan politik untuk
membentuk opini publik terfokus pada media. Masing-masing partai politik akan
berusaha tampil dan diliput oleh media massa. Setiap aktivitas partai pasti
akan melibatkan media massa. Hal ini dilakukan agar aktivitas mereka dapat
disaksikan dan dimengerti oleh masyarakat luas. Masing-masing partai politik
akan berusaha mendekati media massa tertentu yang memiliki jangkauan luas dalam
masyarakat.
Wilayah pertempuran politik
tidak hanya terjadi dari image-mage politik yang ditampilkan, tetapi juga
lobi-lobi politik dengan media massa. Tentunya hal ini juga mesti diperhatikan
oleh media massa. Keberpihakan mereka terhadap suatu partai politik bisa
menguntungkan dan merugikan image di mata masyarakat. nguntungkan, karena
masyarakat dapat dengan mudah mengidentifikasi ideologi yang dikeluarkan oleh
media massa tersebut. Merugikan karena hal ini bisa mengurangi pangsa pasar
eka. Sementara itu, media massa juga dapat bersikap netral. Dalam
aliran ini, mereka menerima dan mempublikasikan siapa yang dianggap layak
dipublikasikan.
artikelnya bagus, izin copas yaa :)
BalasHapuskalau boleh tau ini opini sendiri atau ada sumbernya ?
mau tanya, ini artikel ada sumbernya? atau ungkapan pikiran sendiri?
BalasHapusini mirip tulisanya Prof. Firmanzah
BalasHapus